TRADISI SEDEKAH BUMI DESA TEGALDOWO
Di desa Tegaldowo sesudah panen raya,
tiap tahun pasti ada syukuran yaitu berupa sedekah bumi, tapi kalau masyarakat
itu menyebutnya “Gas Deso”. Syukuran ini sudah ada sejak leluhur kami dulu,
tapi secara turun-temurun sedekah bumi sampai saat ini tetap diadakan oleh
masyarakat Tegaldopwo dan sekitarnya. Sedekah bumi di desa Tegaldowo, dari dulu
sampai sekarang ini di gelar setiap hari
Jum’at Legi, di masa habis panen raya. Biasanya brokohan/sedekah bumi di gelar
di setiap sumber mata air, yang ada di desa Tegaldowo. Setiap keluarga membawa
satu tumpeng/ambeng, jika brokohannya sudah di do’akan oleh modin, warga saling
tukar –menukar tumpengnya. Tetapi tidak hanya membawa tumpeng kecil saja, tiap
RT iuran berbagai makanan dan nasi yang di buat tumpeng besar yang bentuknya
mirip gunung/ di sebut juga “Gunungan”. Tumpengnya di buat seperti gunung,
karena masyarakat mencari nafkah dari gunung/bukit yang berada di selatannya di
desa Tegaldowo. Untuk membawa tumpeng yang besar, ketempat sumber mata air,
biasanya di gotong dengan 4 orang atau lebih, karena ini bentuk kerukunan
masyarakat di desa. Tumpeng besar itu biasanya di isi dari hasil panen petani
yang berupa, pisang, sayuran, nasi dan yang lainnya, dan luar di lapisi dengan
daun jati. Yang ikut brokohan/bancakan tidak hanya orang-orang dewasa saja,
tetapi anak-anak kecil juga pada ikut datang dan rebutan gunungan. Dan biasanya
acara itu di mulai pada pukul 09.00 pagi sampai pukul 11.00 an lebih.
Brokohan/bancakan selain bersyukur karena mendapat rejeki hasil panen yang
banyak, juga supaya di musim tanam tahun tahun depan tidak terserang penyakit
hama atau bencana. Untuk yang di bawakan tumpeng besar, hanya sumber mata air
yang besar, untuk yang sumber mata air kecil hanya di bawakan tumpeng yang
sederhana saja. Sedekah bumi di desa Tegaldowo identik dengan hiburan kesenian
ketoprak satu hari satu malam. Kalau tidak nanggap ketoprak biasanya desa akan
terkena pagebluk, warga banyak yang
sakit , tanaman juga akan gagal panen. Untuk menghindari semua itu jadi setiap
sedekah bumi, juga nanggap ketoprak hingga saat ini masih berlaku. Dana untuk
nanggap ketoprak warga mengadakan gotong royong, yaitu setiap KK iuran sekitar
Rp 20.000,00. Kenapa kalau brokohan selalu memilih di sumber mata air? Ya,
karena manusia tidak bisa hidup tanpa, dan sumber mata air sumur Gedhe dan sumber lainnya yang
ada di Tegaldowo ini, yang mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Untuk
kebutuhan air, masyarakat desa Tegaldowo tidak ada yang beli air, karena di
desaku ada banyak sumber mata air:
sumber mata air yang ada di desa Tegaldowo semua itu sumber abadi, jadi walaupun musim kemarau tidak
pernah kekeringan/kekurangan air. Jadi brokohan sedekah bumi itu adalah bentuk
rasa syukur kami terhadap ibu pertiwi, yang selama ini telah menghidupi kami.
Kami ingin sumber daya alam yang ada di desa Tegaldowo dan sekitarnya ini,
tetap terjaga kelestariannya dan tradisi kearifan lokal ini tetap ada, sampai
anak cucu kami nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar