Rabu, 01 April 2015



TRADISI SEDEKAH BUMI DESA TEGALDOWO  

      
  Di desa Tegaldowo sesudah panen raya, tiap tahun pasti ada syukuran yaitu berupa sedekah bumi, tapi kalau masyarakat itu menyebutnya “Gas Deso”. Syukuran ini sudah ada sejak leluhur kami dulu, tapi secara turun-temurun sedekah bumi sampai saat ini tetap diadakan oleh masyarakat Tegaldopwo dan sekitarnya. Sedekah bumi di desa Tegaldowo, dari dulu sampai  sekarang ini di gelar setiap hari Jum’at Legi, di masa habis panen raya. Biasanya brokohan/sedekah bumi di gelar di setiap sumber mata air, yang ada di desa Tegaldowo. Setiap keluarga membawa satu tumpeng/ambeng, jika brokohannya sudah di do’akan oleh modin, warga saling tukar –menukar tumpengnya. Tetapi tidak hanya membawa tumpeng kecil saja, tiap RT iuran berbagai makanan dan nasi yang di buat tumpeng besar yang bentuknya mirip gunung/ di sebut juga “Gunungan”. Tumpengnya di buat seperti gunung, karena masyarakat mencari nafkah dari gunung/bukit yang berada di selatannya di desa Tegaldowo. Untuk membawa tumpeng yang besar, ketempat sumber mata air, biasanya di gotong dengan 4 orang atau lebih, karena ini bentuk kerukunan masyarakat di desa. Tumpeng besar itu biasanya di isi dari hasil panen petani yang berupa, pisang, sayuran, nasi dan yang lainnya, dan luar di lapisi dengan daun jati. Yang ikut brokohan/bancakan tidak hanya orang-orang dewasa saja, tetapi anak-anak kecil juga pada ikut datang dan rebutan gunungan. Dan biasanya acara itu di mulai pada pukul 09.00 pagi sampai pukul 11.00 an lebih. Brokohan/bancakan selain bersyukur karena mendapat rejeki hasil panen yang banyak, juga supaya di musim tanam tahun tahun depan tidak terserang penyakit hama atau bencana. Untuk yang di bawakan tumpeng besar, hanya sumber mata air yang besar, untuk yang sumber mata air kecil hanya di bawakan tumpeng yang sederhana saja. Sedekah bumi di desa Tegaldowo identik dengan hiburan kesenian ketoprak satu hari satu malam. Kalau tidak nanggap ketoprak biasanya desa akan terkena pagebluk, warga  banyak yang sakit , tanaman juga akan gagal panen. Untuk menghindari semua itu jadi setiap sedekah bumi, juga nanggap ketoprak hingga saat ini masih berlaku. Dana untuk nanggap ketoprak warga mengadakan gotong royong, yaitu setiap KK iuran sekitar Rp 20.000,00. Kenapa kalau brokohan selalu memilih di sumber mata air? Ya, karena manusia tidak bisa hidup tanpa, dan sumber  mata air sumur Gedhe dan sumber lainnya yang ada di Tegaldowo ini, yang mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Untuk kebutuhan air, masyarakat desa Tegaldowo tidak ada yang beli air, karena di desaku ada banyak  sumber mata air: sumber mata air yang ada di desa Tegaldowo semua itu sumber  abadi, jadi walaupun musim kemarau tidak pernah kekeringan/kekurangan air. Jadi brokohan sedekah bumi itu adalah bentuk rasa syukur kami terhadap ibu pertiwi, yang selama ini telah menghidupi kami. Kami ingin sumber daya alam yang ada di desa Tegaldowo dan sekitarnya ini, tetap terjaga kelestariannya dan tradisi kearifan lokal ini tetap ada, sampai anak cucu kami nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar