Rabu, 01 April 2015

BUDAYA GOTONG ROYONG


Tegaldowo: Selasa, Tanggal 03/03/2015 dari zaman leluhur kami dulu, sampai zaman sekarang ini, di desa Tegaldowo dan disekitarnya punya budaya gotong royong, tetapi warga Tegaldowo itu menyebutknya ”Sambatan”. Gotong royong itu biasanya dilakukan pada saat mendirikan rumah juga pada saat biasanya membawanya pulang hasil panen dari ladang. Pada  saat mendirikan rumah biasanya sampai 40 orang itu berasal dari tetangga sekitarnya yang mendirikan rumah. Sambatan atau gotong royong itu dikerjakan sampai selesai, meskipun kadang bisa rampung sampai dua hari, tapi kebanyakan satu hari sudah rampung. Karena mayoritas rumah warga Tegaldowo dan sekitarnya itu, dibuat dari bahan kayu semua. Selain karena kayu itu awet, semakin lama harganya juga semakin mahal, di samping itu rumah kayu gampang/bisa di pindah. Di samping semua alasan itu tadi, kami ingin kebudayaan dari nenek moyang kami dulu itu agar tidak hilang/punah dan tetap lestari sampai generasi berikutnya.
         Sekitar lima tahun yang lalu warga Tegaldowo setiap membawa pulang hasil panennya masih dipikul dan berjalan kaki, karena jarak ladang sampai rumah warga sekitar jauhnya mencapai 2 km lebih. Tapi agar cepat selesai atau agar cepat hasil panennya bisa sampai dirumah semua warga melakukannya dengan bergantian sambatan/gotong royong. Meskipun jarak ladangnya ada yang jauh dan ada yang dekat dari rumah, tapi tetangganya tidak merasa keberatan, karena itulah bentuk kerukunan hidup bertetangga. Walau itu pulang-pergi ke ladang sampai berkali-kali dan jalannya naik turun tetapi tetap semangat setiap hasil panennya satu orang biasanya bisa di rampungkan satu hari. Tapi dengan hasil panen yang sangat melimpah para petani senang. Karena setiap tahun hasil panennya malah tambah/melimpah, akhirnya warga berniat dan sepakat untuk membuat jalan agar bisa di lalui oleh truk atau kendaraan lainnya. Dan pembuatan jalan itu dikerjakan bersama-sama dengan cara manual oleh warga yang punya ladang, mereka mengerjakan pembuatan jalan itu dengan cara bergantian/bergiliran. Biasanya warga mengerjakan dari pagi sampai siang hari saja, dan proses pembuatan itu selama dua bulan dan pada musim kemarau. Sekarang akhirnya kalau membawa pulang hasil panennya di angkut oleh truk, tapi yang ladangnya jauh dari jalan juga masih di lakukan dengan cara gotong royong, tetapi sekarang tidak sampai rumah, hanya sampai dipinggir jalan saja. Tradisi sambatan/gotong royong itu menurut warga selain mempercepat pekerjaan juga untuk mempererat tali persaudaraan dan kerukunan. Budaya itu sampai saat ini juga masih di gunakan oleh warga Tegaldowo dan sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar